Pada tanggal 11 Mei 1835, seorang pendeta dari Jema’at Barmen, Jerman, bernama Johann Heinrich Barnstein berangkat dari Betawi dengan tujuan Pulau Borneo. Ia menumpang kapal layar milik orang Arab dan tiba di Banjarmasin setelah menempuh perjalanan selama 44 hari. Tidak lama setelah kedatangannya, Pendeta Barnstein melanjutkan perjalanan dengan mudik melalui Sungai Barito dan memasuki Sungai Kapuas Murung. Dalam perjalanan ini, ia ditemani oleh seorang Kristen Hindia bernama Loekas Mondon, yang juga berangkat bersamanya dari Betawi. Mereka menggunakan perahu yang didayung oleh 13 orang pendayung. Pada tanggal 15 Juli 1835, Pendeta Barnstein pertama kali melihat wilayah suku Dayak Ngaju, tepatnya di desa Sungai Apoei, yang terletak di tepi Sungai Kapuas Murung. Desa ini merupakan kedudukan Raden Labih, kepala suku yang memerintah wilayah Pulau Petak. Namun, karena Raden Labih tidak berada di tempat, putranya yang bernama Ambo, berusia 23 tahun, menyambut kedatangan mereka. Gelombang Misi Selanjutnya dan Baptisan Pertama Setelah tahun 1835, datanglah gelombang kedua para misionaris dari Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) ke Kalimantan. Setelah empat tahun Injil diberitakan, akhirnya pada tanggal 10 April 1839, Missionaris Hupperts melaksanakan baptisan pertama di kampung Bethabara (sekarang Kecamatan Pulau Petak, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah). Baptisan ini menjadi cikal bakal berdirinya Gereja Dayak Evangelis (GDE), yang kemudian berkembang dan berubah nama menjadi Gereja Kalimantan Evangelis (GKE). Pada Sinode Umum XXIII GKE di Tamiang Layang, tanggal 10 April 1839 secara resmi ditetapkan sebagai tanggal lahirnya GDE/GKE. Sumber: Almanak NAST GKE 2025

Roma 8 : 28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi DIa, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”